Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria dan Wanita
5 Prinsip Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria dan Wanita
Banyak orang yang selama ini masih mengabaikan kesehatan reproduksi. Padahal, kesehatan reproduksi sangat penting, terlebih untuk Anda yang ingin memiliki keturunan. Lantas, bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi dengan benar?
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi sebenarnya dapat dilakukan dengan menerapkan tindakan sederhana. Namun, banyak orang yang masih belum memahami cara melakukannya.
Berikut beberapa cara menjaga organ reproduksi agar tetap sehat.
1. Menjaga kebersihan alat reproduksi
Memastikan alat kelamin Anda selalu dalam keadaan bersih membantu menjaga kesehatan reproduksi.
Sebaliknya, organ intim yang tidak terawat dapat meningkatkan risiko penyakit kelamin. Selain itu, pasangan tentu akan enggan berhubungan seks dengan Anda.
Berikut sejumlah cara menjaga kebersihan alat reproduksi yang mudah dilakukan.
- Selalu membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil, serta sebelum dan setelah melakukan hubungan seksual.
- Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.
- Hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran, bedak, dan vaginal douche karena dapat menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.
- Mengganti celana dalam setiap hari dan pastikan bahan celana yang digunakan mampu menyerap keringat dengan baik.
- Bagi pria, pertimbangkan untuk sunat karena tidak disunat dapat mengakibatkan penumpukan kotoran pada kulup dan meningkatkan risiko infeksi bakteri di penis.
Infeksi Jamur Penis (Candida Balanitis)
Infeksi jamur di penis merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi jika seorang pria tidak menjaga kebersihan organ reproduksinya. Jamur penyebab infeksi ini adalah Candida albicans yang banyak ditemukan pada kulit penis yang lembap. Simak uraian berikut untuk mengetahui tanda-tanda infeksi jamur pada penis, pengobatan, hingga pencegahannya. Apa itu infeksi jamur di penis? Infeksi jamur penis terjadi akibat pertumbuhan
2. Menerapkan pola makan sehat
Memperhatikan apa saja makanan yang masuk ke tubuh juga bagian dari upaya untuk menjaga kesehatan reproduksi. Pastikan Anda mengonsumsi makanan sehat dan bergizi tinggi.
Makanan bergizi membantu tubuh memproduksi sel sperma dan sel telur yang berkualitas. Zat gizi juga penting untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan.
berikut cara menjaga kesehatan reproduksi melalui pola makan sehat.
- Hindari konsumsi lemak trans.
- Penuhi kebutuhan protein dari sayur, seperti kacang, tahu, serta biji-bijian.
- Pilih karbohidrat yang kaya akan serat, seperti gandum utuh, sayur, buah, dan kacang.
- Minum multivitamin, seperti asam folat.
- Penuhi kebutuhan zat besi, seperti dari bayam, kacang, labu, tomat, dan buah bit.
3. Hindari perilaku seks berisiko
Berhubungan seks dengan aman merupakan salah satu cara menjaga alat reproduksi tetap sehat. Selain mengurangi risiko infeksi menular seksual, cara ini juga mencegah kehamilan yang tak direncanakan.
Prinsip berhubungan seks yang aman tidak sebatas menggunakan kondom saja. Berikut bentuk perilaku seks aman yang juga bisa menjaga kesehatan organ reproduksi.
- Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, pil KB, atau KB IUD.
- Tidak bergonta-ganti pasangan seks.
- Menjaga kebersihan organ intim sebelum dan setelah seks.
- Cek kembali riwayat seksual diri sendiri dan pasangan.
- Melakukan tes penyakit kelamin secara berkala.
4. Memeriksakan kesehatan reproduksi ke dokter secara rutin
Beberapa orang baru memeriksakan kesehatan reproduksi ketika merencanakan kehamilan. Padahal, organ reproduksi harus diperiksa secara rutin meski Anda tidak sedang berencana hamil.
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah berbagai penyakit yang bisa muncul tanpa gejala di kemudian hari. Berikut jenis pemeriksaan kesehatan reproduksi yang umum dilakukan.
- Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count).
- Pemeriksaan urine.
- USG transvaginal atau abdomal.
- Histerosalpingografi (HSG).
- Tes penyakit kelamin, seperti tes sifilis dengan uji VDRL.
- Pap smear.
5. Menjalankan pola hidup sehat
Gaya hidup sehat adalah kunci menjaga sistem reproduksi tetap sehat. Tidak hanya organ reproduksi, pola hidup ini juga menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Beberapa pola hidup sehat yang bisa Anda terapkan, meliputi:
- berhenti merokok,
- tidak mengonsumsi alkohol secara berlebihan,
- berolahraga secara teratur setidaknya 30 menit sehari,
- menjaga berat badan yang ideal,
- istirahat yang cukup, dan
- mengelola stres.
Akibat tidak menjaga kesehatan reproduksi
Tidak menjaga kesehatan reproduksi dengan baik meningkatkan risiko gangguan reproduksi wanita maupun pria di kemudian hari. Beragam masalah kesehatan reproduksi yang mungkin terjadi yakni sebagai berikut.
1. Masalah kesuburan
Kesehatan reproduksi yang tak dijaga dengan baik berisiko menyebabkan ketidaksuburan alias mandul, baik pada pria maupun wanita. Akibatnya, akan lebih sulit bagi Anda untuk menghasilkan keturunan.
Kondisi ini tergolong serius dan cukup umum ditemukan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sebanyak 48 juta pasangan dan 186 juta individu di dunia mengalami masalah ketidaksuburan.
2. Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual menjadi ancaman jika Anda tidak memperhatikan kesehatan reproduksi. Perilaku seperti seks tanpa kondom atau gonta-ganti pasangan dapat meningkatkan risikonya.
Beberapa contoh penyakit yang timbul akibat kurangnya kesadaran dalam menjaga kesehatan sistem reproduksi yakni:
Jika Anda merasakan gejala yang mengarah pada penyakit menular seksual, segera konsultasikan ke dokter. Penanganan sedini mungkin meningkatkan peluang Anda untuk sembuh.
Cara menjaga kesehatan reproduksi dengan benar
- Menjaga kebersihan organ reproduksi
- Menerapkan pola makan sehat
- Menghindari perilaku seks berisiko
- Memeriksa kesehatan reproduksi secara rutin
- Menjalankan gaya hidup sehat
Memahami Fungsi Hormon FSH dan LH pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi terdiri dari berbagai organ, termasuk hormon-hormon di dalam tubuh. Dua jenis hormon yang membantu sistem reproduksi antara lain hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan hormon LH (luteinizing hormone). Kedua hormon ini berperan penting pada sistem reproduksi laki-laki dan perempuan. Apa saja fungsi hormon FSH dan LH serta perbedaan antara keduanya?
Dari mana asalnya hormon FSH dan LH?
Semua hormon yang diproduksi dalam tubuh berasal dari hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian kecil pada pusat otak yang berhubungan langsung dengan kelenjar pituitari.
Hipotalamus bisa dikatakan merupakan “kelenjar master” yang mengendalikan banyak fungsi vital dalam tubuh.
Tugas hipotalamus adalah merangsang kelenjar endokrin untuk memproduksi banyak hormon, salah satunya gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Hormon GnRH ini merupakan induk dari kebanyakan hormon dalam tubuh, terutama hormon reproduksi laki-laki dan perempuan.
Selama masa produktif, GnRH akan merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon FSH yaitu hormon penstimulasi folikel dan hormon LH yaitu hormon luteinizing.
Dikutip dari Medline Plus, pada dasarnya, kedua hormon ini memiliki tugas yang tak jauh berbeda.
Bahkan, kedua hormon ini seringnya saling bekerja sama untuk mengoptimalkan sistem reproduksi wanita maupun pria.
Sederhananya, fungsi FSH adalah bertanggung jawab untuk mengatur produksi sel telur pada wanita dan sperma pada pria.
Sementara, hormon LH bekerja sama dengan FSH agar siklus menstruasi tetap normal dan menjaga fungsi testis selama masa reproduksi.
Perbedaan fungsi hormon FSH dan LH
Selama ini Anda mungkin mengira bahwa hormon FSH dan LH hanya berperan membantu sistem reproduksi wanita.
Padahal, kedua jenis hormon ini juga bermanfaat untuk reproduksi pria. Akan tetapi, fungsinya pada wanita maupun pria tetap berbeda.
1. Fungsi hormon FSH dan LH pada wanita
Fungsi hormon FSH dan LH pada wanita yang paling utama adalah memastikan siklus menstruasi berjalan lancar setiap bulannya.
Kedua hormon ini akan memacu pertumbuhan dan kematangan dari folikel alias sel telur.
Mulai dari awal pembentukan, ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium, hingga akhir masa menstruasi.
Pada awal siklus menstruasi, kadar hormon FSH dalam tubuh akan meningkat dan jumlah hormon LH menurun.
FSH ini digunakan untuk merangsang folikel memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Sel telur kemudian akan dimatangkan untuk mempersiapkan diri menjelang masa subur.
Saat masa subur, hormon estrogen akan mengirimkan sinyal kepada kelenjar pituitari untuk berhenti memproduksi FSH dan mulai memproduksi hormon LH
Jika hormon FSH akan merangsang folikel memproduksi hormon estrogen dan progesteron, berbeda dengan hormon LH.
Manfaat hormon LH adalah memicu ovulasi alias pelepasan sel telur dari ovarium. Peningkatan hormon LH yang maksimal inilah yang memicu ovulasi.
Folikel sel telur yang sudah dilepaskan akan berubah menjadi korpus luteum alias folikel kosong.
Selanjutnya, korpus luteum ini akan melepaskan hormon progesteron untuk menebalkan jaringan dinding rahim, guna berjaga-jaga jika terjadi kehamilan.
Dampak kadar hormon FSH dan LH terlalu tinggi pada wanita
Agar tetap bekerja sesuai fungsi, hormon FSH dan LH harus memiliki kadar yang sesuai di dalam tubuh Anda.
Pasalnya, jika kedua kadar hormon terlalu tinggi, dikhawatirkan keduanya tidak bekerja sebagaimana seharusnya.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kadar kedua hormon terlalu tinggi, seperti berikut.
- Adanya masalah genetik, seperti sindrom Turner.
- Terpapar radiasi.
- Riwayat penggunaan obat kemoterapi.
- Gangguan auto-imun.
- Tumor rahim.
- Gangguan kelenjar tiroid dan adrenal.
- Polycystic ovary syndrome (PCOS).
- Rahim tidak berfungsi dengan baik.
Dampak kadar hormon FSH dan LH terlalu rendah pada wanita
Sama halnya dengan kadar hormon FSH dan LH yang terlalu tinggi, keduanya juga tidak bekerja dengan normal jika kadarnya terlalu rendah di dalam tubuh.
Khususnya di dalam tubuh wanita, kedua hormon memiliki peranan penting dalam reproduksi.
Maka dari itu, jika kadar kedua hormon ini terlalu rendah, tidak menutup kemungkinan apabila terjadi infertilitas pada wanita.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, misalnya hipotalamus atau kelenjar pituitari yang terdapat di dalam otak tidak berfungsi dengan baik.
Selain itu, berat badan tubuh di bawah normal juga berpengaruh terhadap kurangnya kadar serta fungsi hormon FSH dan LH di dalam tubuh.
2. Fungsi hormon FSH dan LH pada pria
Sementara itu, fungsi hormon FSH dan LH berbeda pada tubuh pria, meski masih berkaitan dengan sistem reproduksi.
Di dalam tubuh pria, kedua hormon ini akan memastikan proses pembentukan sel sperma sehat (spermatogenesis) pada pria berjalan dengan baik.
Sel Sertoli pada testis membutuhkan hormon FSH untuk memproduksi protein pengikat androgen (ABP).
Protein inilah yang menjadi kunci awal untuk merangsang pembentukan sperma sehat pada pria.
Setelah itu, giliran kelenjar pituitari yang akan mengeluarkan hormon LH. Nah, hormon LH ini adalah merangsang sel Leydig untuk menghasilkan testosteron.
Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, testosteron adalah hormon seks pria yang menghasilkan sperma.
Ketika testosteron yang dihasilkan rendah, maka kuantitas dan kualitas sperma tentu akan menurun.
Dampak fatalnya, laki-laki kemungkinan dapat mengalami disfungsi ereksi karena testosteron jauh dari kata cukup.
Dampak kadar hormon FSH dan LH terlalu tinggi pada pria
Sama halnya yang terjadi pada wanita, fungsi hormon FSH dan LH mungkin tidak dapat bekerja dengan baik jika kadarnya terlalu tinggi.
Dampak yang mungkin terjadi yakni sebagai berikut.
- Penyakit autoimun.
- Terpapar radiasi.
- Tidak bekerja dengan baik.
- Testis yang rusak akibat penggunaan alkohol secara berlebihan.
- Testis yang rusak akibat pengobatan medis seperti X-ray atau kemoterapi.
- Sindrom klinefelter, kondisi tubuh kelebihan kromosom X yang memengaruhi pertumbuhan pria.
Dampak kadar hormon FSH dan LH terlalu rendah pada pria
Akan tetapi, jika Anda memiliki kadar hormon FSH dan LH yang rendah di dalam tubuh, kedua hormon tersebut tidak bisa bekerja dengan sesuai.
Salah satu hal yang mungkin terjadi jika FSH dan LH tidak bekerja sesuai fungsi adalah penurunan kadar hormon testosteron.
Penurunan kadar testosteron di dalam tubuh mungkin menyebabkan organ reproduksi tidak bisa berfungsi dengan baik.
Ada kemungkinan, hal ini pun berkaitan dengan infertilitas pada pria, kehilangan gairah seks, hingga sering merasa lelah.
Oleh sebab itu, penting menjaga kadar kedua hormon tetap memadai agar dapat berfungsi secara optimal di dalam tubuh.
Baik pria maupun wanita yang sedang menjalankan program hamil, tidak ada salahnya untuk menjalani tes kesuburan terlebih dahulu untuk mencari tahu apa penyebab susah hamil.
Perlukah menjalani pemeriksaan hormon LH dan FSH?
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di atas bahwa hormon FSH berkaitan dengan hormon LH. Maka dari itu, pemeriksaan atau tes pun dilakukan bersamaan.
Namun, tes yang dilakukan dengan cara berbeda karena melihat kondisi serta faktor lainnya seperti jenis kelamin, orang dewasa, atau anak-anak.
Pada wanita, pemeriksaan fungsi hormon FSH dan LH paling sering digunakan untuk keperluan berikut.
- Membantu menemukan penyebab infertilitas.
- Mencari tahu kapan masa subur atau ovulasi.
- Menemukan penyebab menstruasi tidak teratur atau berhenti.
- Mencari tahu saat dimulainya fase menopause atau masa transisi.
Pada pria, pemeriksaan fungsi hormon FSH dan LH paling sering digunakan untuk hal berikut.
- Menemukan penyebab infertilitas.
- Mencari tahu mengapa jumlah sperma tergolong rendah.
- Menemukan alasan menurunnya gairah seks.
Seperti apa prosedur pemeriksaan fungsi hormon FSH dan LH?
Prosedur pemeriksaan ini akan dilakukan oleh perawat profesional. Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil darah dari pembuluh darah di bagian lengan.
Lalu, darah yang berada dalam tabung akan dibawa ke laboratorium untuk melihat hasil dari tingkat kadar hormon FSH dan hormon LH di tubuh Anda.
Itulah informasi seputar asal, fungsi, hingga pemeriksaan hormon FSH dan LH pada pria maupun wanita.
Jika Anda masih memiliki pertanyaan terkait hormon ini maupun kondisi medis yang berhubungan dengan hormon ini, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.